#LihatLebihDekat
#LihatLebihDekat

Setiap konflik di suatu negara membawa dampak besar, bukan hanya bagi mereka yang berperang, tetapi juga kepada lebih dari 122 juta orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka demi keselamatan. Melalui kampanye #LihatLebihDekat, kami mengajak semua individu untuk lebih memahami penyebab dan dampak pengungsian global, terutama dari perspektif pengungsi sebagai korban dari perang, konflik, kekerasan, dan penganiayaan.Salah satu konflik terdekat yang terus memaksa ribuan orang meninggalkan tanah kelahirannya adalah di Myanmar. Kaum minoritas muslim Rohingya telah menjadi korban diskriminasi, kekerasan, dan persekusi selama puluhan tahun. Mereka kehilangan hak kewarganegaraan, akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan bahkan keselamatan diri mereka. Sadeqa, seorang perempuan dari kaum Rohingya, kehilangan suaminya akibat serangan bom di Myanmar. Ketakutan dan keputusasaan memaksanya melarikan diri demi menyelamatkan diri dan anak semata wayangnya.

Namun, perjalanan itu penuh bahaya—kelaparan, kehausan, dan kehilangan menjadi bagian dari hidupnya sebagai seorang pengungsi. Meski penuh penderitaan, para pengungsi seperti Sadeqa hanya ingin dimanusiakan—diperlakukan dengan martabat, diberikan kesempatan, mendapatkan perlindungan dan diterima sebagaimana manusia yang berdaya. Dengan #LihatLebihDekat, kita bisa sama-sama memahami bahwa di balik label 'pengungsi', ada individu yang memiliki impian dan ketahanan luar biasa.
“Terima Kasih Boleh Singgah”

Sebagai bagian dari kampanye ini, "Terima Kasih Boleh Singgah" menjadi pesan yang ingin disampaikan oleh para pengungsi kepada masyarakat Indonesia. Mereka bukan sekadar meminta bantuan, tetapi juga ingin menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan untuk bertahan hidup sembari membangun kembali harapan akan masa depan yang lebih baik.
Bagi para pengungsi, bisa menjejakkan kaki di tempat yang aman adalah anugerah luar biasa. “Kami berdoa dan berterima kasih kepada mereka yang menyelamatkan kami dari lautan yang berbahaya,” kata Arafah, seorang pengungsi Rohingya yang kehilangan ibunya dalam perjalanan mencari perlindungan. Bagi mereka, Indonesia bukan hanya tempat persinggahan, tetapi juga secercah harapan bahwa dunia masih peduli.
UNHCR, Badan PBB Urusan Pengungsi, mengajak semua untuk melihat lebih dekat. Ini bukan hanya tentang memahami penderitaan, tetapi juga merasakan ketabahan dan harapan mereka, melihat pengungsi dari akar masalah dan berbagai perspektif. Saat kita mendengar cerita mereka, kita diingatkan bahwa setiap manusia berhak untuk hidup dengan layak—bukan hanya sekadar bertahan, tetapi juga memiliki masa depan.
Mari berani #LihatLebihDekat. Dengan melihat lebih dekat, kita niscaya akan lebih memahami, lebih peduli, dan lebih siap untuk bertindak.