JAKARTA, 26 Juni 2020 – UNHCR, badan PBB untuk urusan pengungsi, memuji Pemerintah Indonesia atas izin pendaratan darurat yang diberikan kepada hampir 100 orang yang telah beberapa hari terombang ambing di perairan Indonesia.
Dari 99 orang yang diselamatkan di daratan Lhoksemauwe, Aceh Utara, oleh penduduk setempat, diantaranya adalah 48 wanita, 34 anak – anak dan 17 pria dewasa. Sebagian besar dari mereka diduga adalah pengungsi Rohingya dan telah berada di laut dalam kondisi berbaya selama beberapa bulan.
“Penyelamatan jiwa harus selalu menjadi prioritas utama. Kami memuji pihak otoritas di Indonesia yang telah mengijinkan kelompok pria, wanita dan anak – anak yang rentan ini untuk mendapatkan keselamatan,” ucap Ann Maymann, Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia.
“Indonesia telah beberapa kali mengambil tindakan yang patut dijadikan contoh oleh negara lainnya di kawasan ini, setelah memberikan bantuan kemanusiaan/ penyelamatan jiwa bagi orang – orang Rohingya di kapal di Aceh pada tahun 2015 dan 2018. Kami sangat bersyukur untuk melihat semangat kemanusiaan yang sama saat ini.”
Fasilitasi dalam pendaratan darurat bagi kapal yang berada dalam kesulitan dan bantuan penyelamatan jiwa adalah tindakan kemanusiaan yang sangat penting untuk dilakukan. Disamping itu, kondisi penerimaan yang aman dan manusiawi, yang disertai akses perlindungan internasional, termasuk prosedur suaka, adalah hal yang sangat krusial.
Sebagai akibat dari pandemi COVID-19, negara – negara membatasi pergerakan antar perbatasan sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan publik, untuk mencegah penyebaran virus. Namun, melalui cara – cara mitigasi seperti karantina dan pemeriksaan kesehatan, pembatasan di area perbatasan dapat diatur dengan cara – cara tertentu yang tetap memperhitungkan hak asasi manusia dan standar perlindungan pengungsi internasional, termasuk prinsip non-refoulement.
UNHCR siap untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam menyediakan bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan dan cara – cara karantinayang baik dalam hari – hari kedepan, sesuai dengan standar internasional dan protokol kesehatan publik.
Fakta bahwa kelompok rentan yang terdiri dari wanita, pria dan anak – anak tetap menempuh perjalanan beresiko tinggi di Teluk Benggala dan Laut Andaman, menunjukkan betapa pentingnya bagi negara – negara untuk berkerja sama demi mencapai solusi regional dalam mengatasi perpindahan maritim yang tidak teratur.
UNHCR menekankan himbauannya terhadap negara – negara di kawasan ini untuk bersatu padu dalam basis prinsip solidaritas dan pemerataan tanggung jawab dalam mengatasi masalah terkait perlindungan dan kebutuhan kemanusiaan pengungsi dan pencari suaka di laut.
***
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi: Mitra Suryono, Associate External Relations/ Public Information Officer – UNHCR Indonesia, [email protected]
Bagikan melalui Facebook Bagikan melalui Twitter