Tahun 2024 menandai tahun ke-45 kehadiran UNHCR di Indonesia. Sebagai negara yang besar, Indonesia telah mengalami beberapa momen penting terkait pengungsian dalam sejarahnya. UNHCR hadir dalam periode-periode tersebut untuk mendukung pemerintah Indonesia, masyarakat lokal, dan membantu pengungsi. Berikut adalah beberapa momen kunci dalam sejarah pengungsian di Indonesia dan peran UNHCR sejak 1979:
1. ‘Manusia Kapal’: Pengungsi Indochina di Pulau Galang (1979-1996)
Pada akhir tahun 1970-an, sekitar 250.000 pengungsi Indochina melarikan diri dari konflik di Vietnam dan Kamboja menggunakan perahu-perahu darurat, dan Indonesia memainkan peran penting dalam memberikan perlindungan. Pulau Galang adalah salah satu tempat utama di mana pengungsi diberikan bantuan dan diproses untuk pemukiman kembali, mencerminkan komitmen kemanusiaan Indonesia selama krisis ini. UNHCR, dengan dukungan finansial dari komunitas internasional, termasuk negara-negara seperti Amerika Serikat dan Australia, melengkapi Pulau Galang dengan fasilitas medis, kantin, perumahan, dan infrastruktur lainnya untuk menyediakan layanan dan dukungan yang diperlukan bagi pengungsi.
2. Pengungsi dari Timor Timur (1999)
Meningkatnya krisis di Timor Timur mengakibatkan lebih dari 250.000 pengungsi melarikan diri dari Timor Timur. Pada masaitu, UNHCR memberikan bantuan kepada puluhan ribu pengungsi yang terdampak selama konflik. Setelah konflik, UNHCR membantu memfasilitasi proses pulang dan reintegrasi/repatriasi pengungsi yang memilih untuk kembali.
3. Konflik di Aceh (1976-2005)
Selama konflik panjang di Aceh, UNHCR memainkan peran penting dalam koordinasi upaya perlindungan bagi korban konflik. Selama periode tersebut, puluhan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, banyak yang mencari suaka di luar Indonesia. UNHCR membantu mengidentifikasi dan mendaftarkan lebih dari 20.000 orang yang terpaksa melarikan diri karena konflik di Aceh ke negara lain, membantu mereka yang membutuhkan bantuan dan perlindungan internasional di masa sulit. Setelah perjanjian damai pada tahun 2005, UNHCR juga memfasilitasi proses pulang dan reintegrasi/repatriasi beberapa pengungsi bersama dengan Pemerintah Indonesia.
4. Tsunami Aceh: Bantuan dan dukungan kepada masyarakat Aceh yang terdampak (2004-2005)
Tsunami dahsyat yang menghancurkan sebagian Aceh pada tahun 2004 menyebabkan pengungsian massal di Aceh. Tsunami ini merenggut sekitar 170.000 korban jiwa, dengan lebih dari 390.000 orang terpaksa mengungsi dari rumahnya dan menghadapi tantangan besar untuk memulihkan kehidupannya. UNHCR bekerja bersama pemerintah Indonesia untuk memberikan bantuan darurat dan mendukung masyarakat yang terdampak dalam membangun kembali hidup mereka.
5. Kedatangan pengungsi Afghanistan (sekitar tahun 1996-sekarang)
Kedatangan pengungsi Afganistan di Indonesia, yang dimulai sekitar tahun 1996 dan berlanjut hingga hari ini, menyoroti konflik dan ketidakstabilan yang berkepanjangan di Afganistan. Dengan perubahan rezim, intervensi militer, dan kembalinya kekuasaan Taliban, UNHCR telah memainkan peran penting dalam memberikan perlindungan dan bantuan kepada pengungsi Afganistan, termasuk yang berada di Indonesia. Hingga saat ini, ribuan pengungsi Afganistan telah mengungsi ke Indonesia dan banyak diantara mereka telah diterima di negara ketiga.
6. Kedatangan pengungsi Timur Tengah (sekitar tahun 2000-sekarang)
Sejak awal tahun 2000-an, Indonesia telah menerima pengungsi dari Timur Tengah, terutama dari Irak, Suriah, Yaman, dan Palestina. UNHCR berkolaborasi dengan mitra kerjanya untuk memenuhi kebutuhan mereka dan bekerja membantu mereka merealisasikan solusi jangka panjang di luar Indonesia, termasuk penempatan di negara ketiga.
7. Tsunami Palu-Donggala (2018)
Gempa bumi dan tsunami yang melanda Palu-Donggala pada tahun 2018 menyebabkan kerusakan yang dahsyat, mengakibatkan lebih dari 4.000 kematian, ribuan orang terluka, dan 172.000 orang terpaksa mengungsi. Tsunami juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan dan menghancurkan lebih dari 110.000 rumah. UNHCR segera menanggapi permintaan bantuan dari Pemerintah Indonesia, terlibat dalam upaya – upaya untuk membatu dan mendukung masyarakat yang terdampak, menunjukkan komitmennya dalam memberikan tanggapan darurat dalam situasi krisis.
8. Pengungsi Rohingya: Masyarakat Tanpa Kewarganegaraan (2009-sekarang)
Masyarakat Rohingya adalah masyarakat minoritas Muslim, yang telah menjadi sasaran kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang berat di Myanmar selama beberapa dekade. Pengungsi Rohingya melarikan diri dari Myanmar dalam gelombang-gelombang menyusul periode ketidakamanan yang meningkat, dan pada tahun 2017 tercatat ratusan ribu orang melarikan diri dalam waktu yang singkat.
Banyak pengungsi Rohingya mencari perlindungan dan keselamatan di negara-negara tetangga Myanmar, seperti Bangladesh (960.000), Malaysia (107.000), India (22.000), dan Indonesia (2.000). Gelombang pertama pengungsi Rohingya tiba di Indonesia dengan perahu pada tahun 2009. Kedatangan pengungsi Rohingya ke Indonesia berlanjut di tahun-tahun berikutnya.
Dalam dua bulan terakhir tahun 2023, sekitar 1.700 pengungsi Rohingya mendarat di Aceh. Sekitar 70% dari kedatangan baru ini adalah anak-anak dan perempuan. Masyarakat Aceh telah merespon dengan luar biasa dengan memungkinkan pendaratan darurat dan penyediaan bantuan penyelamatan jiwa kepada pengungsi yang dalam kesulitan. UNHCR terus berkoordinasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan perlindungan dan keselamatan pengungsi Rohingya. Saat ini, UNHCR terus berkolaborasi dengan pemerintah, pihak otoritas, mitra kerja kemanusiaan, dan sukarelawan dari masyarakat setempat untuk penyediaan bantuan darurat, makanan, air bersih, dan bantuan medis. Lokasi penampungan yang kurang memadai dan sulit dijangkau (seperti di bibir pantai dan ruang bawah tanah sebuah gedung) menjadi tantangan dalam memberikan bantuan dan dukungan yang tepat. Oleh karena itu, penentuan lokasi penampungan tetap menjadi prioritas mendesak saat ini.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi:
Mitra Salima Suryono +62 811 1960 0493, [email protected]
Bagikan melalui Facebook Bagikan melalui Twitter