UNHCR mengucapkan selamat kepada puluhan pengungsi muda dan pemuda Indonesia yang menyelesaikan pelatihan kewirausahaan yang bertujuan untuk memberdayakan mereka dan menumbuhkan kemandirian dan kemampuan dalam mencari penghidupan.
Wajah Farhan* berbinar penuh kebahagiaan saat menerima sertifikat kelulusan dari Representatif UNHCR di Indonesia, Thomas Vargas, dan Direktur Organisasi Buruh Internasional (ILO) Indonesia, Michiko Miyamoto, di Jakarta. Pengungsi asal Afghanistan tersebut telah berpartisipasi dalam “Pelatihan Kewirausahaan Untuk Pengungsi Muda dan Pemuda Indonesia” selama enam bulan di Jakarta dimana ia belajar dari para ahli bisnis lokal dan internasional tentang bagaimana mendirikan bisnis.
Pelatihan ini merupakan kesempatan bagus bagi Farhan yang saat ini sedang menjajaki bisnis keripik kentang. “Melalui program ini, saya belajar banyak mengenai pemasaran binis dan pengelolaan keuangan. Program ini juga membantu saya memperluas jejaring dengan mengenal para pebisnis lokal,” ujar Farhan.
Pengungsi lain, Farah, juga mengungkapkan rasa terima kasihnya telah ikut serta dalam pelatihan tersebut. “Saya belajar banyak dari wirausahawan lokal bahwa kesabaran itu sangat penting dalam memulai berbisnis. Ada saat dimana tidak ada pelanggan, tidak ada keuntungan atau di masa-masa sulit,” ujar Farah, pengungsi asal Eritrea yang tinggal di Indonesia selama satu tahun.
“Saya belajar bagaimana menjadi pengambil risiko, bagaimana mengelola waktu, bagaimana bersikap optimis dan menjadi seorang visioner. Dan percaya bahwa tak ada yang tidak mungkin meskipun saya seorang pengungsi. Yang terpenting adalah mengenal orang, berinteraksi dengan yang lain dan menghormati perbedaan dan budaya masing-masing,” tambahnya.
Pelatihan tersebut, yang merupakan kolaborasi antara UNHCR, ILO, rekan kerja UNHCR dan organisasi filantropis Dompet Dhuafa dan Universitas Katolik Atma Jaya (Atma Jaya), menyatukan 100 pemuda Indonesia dan 100 pengungsi dan membekali mereka dengan ketrampilan yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan mereka dan kesempatan penghidupan.
Selama enam bulan, para peserta belajar mengembangkan ide bisnis dan menjelajahi kemungkinan kerjasama antara wirausahawan sukses dan pemuda Indonesia. ILO dan UNHCR yakin bahwa pelatihan ini akan membawa dampak positif bagi para pemuda Indonesia dengan menyediakan landasan pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat sekitar dan pengungsi, yang akan membantu menguatkan rasa saling pengertian antara pengungsi dan komunitas yang mereka tinggali. Di akhir pelatihan, para peserta berkesempatan memamerkan produk dan ide bisnis mereka.
Para peserta Indonesia dan fasilitator juga belajar banyak melalui program ini. Ingrid Nathania Wongso, fasilitator dari Atma Jaya, misalnya, mengatakan bahwa ini merupakan pembelajaran dua-arah dimana ia belajar mengenai budaya, bahasa, negara, agama, keluarga, kehidupan dan kisah-kisah para pengungsi. “Saya jadi memiliki pemahaman dan pengetahuan lebih dalam tentang kalian semua [para pengungsi]. Hal terpenting yang kalian ajarkan adalah untuk tidak pernah menyerah, untuk mensyukuri apapun yang kita miliki di kehidupan ini dan untuk tak pernah berhenti berharap,” ujar Inggrid saat acara kelulusan.
Umar Limber, peserta lokal, senang bisa mengenal para pengungsi yang sebelumnya jarang didengarnya. “Ini ibarat kelas internasional karena saya bisa bertemu peserta dari berbagai kewarganegaraan. Saya rasa program ini bagus untuk mereka karena mereka tidak punya akses pendidikan di sini,” kata Umar, yang baru saja merintis bisnis di bidang pemberdayaan jambu biji dan cabai di Bogor, Jawa Barat.
UNHCR dan ILO berharap untuk menlanjutkan kerja sama ini. “Ini baru awal. Dari sini, kalian akan menggunakan hal-hal yang kalian pelajari di inisiasi kreatif ini untuk maju dan dengan harapan bisa menciptakan kisah sukses yang memacu setiap orang dan untuk menyakinkan bahwa setiap prang bisa melanjutkan program ini,” ujar Thomas Vargas kepada para peserta.
Bagikan melalui Facebook Bagikan melalui Twitter