Di tempat yang sejuk dan berkabut, Cisarua, Bogor, seorang pemuda luar biasa bernama Farhad telah memulai perjalanan dan tekad yang membawanya dari pusat konflik di Afghanistan menujumasa depan yang menjanjikan di Melbourne, Australia.
Farhad lahir di Tehran, Iran, pada 13 Mei 2002, dari sepasang pengungsi Afghanistan. Masa kecilnya ditandai oleh perpindahan karena keluarganya berpindah dari Iran ke Pakistan dan kembali ke Afghanistan, semuanya dalam upaya mencari keselamatan dan stabilitas. Dalam periode penuh ketidakpastian ini, hasrat Farhad akan pengetahuan mulai tumbuh.
Sejak masih anak-anak, Farhad sudah menjadi pelajar yang tekun. Ia mulai belajar bahasa Inggris pada usia 10 tahun, dan hasratnya untuk ilmu membawanya mendaftar di sebuah sekolah bahasa Inggris di Afghanistan, di mana ia meraih diploma. Namun, pendidikan ini datang dengan biaya, dan keluarganya menghadapi kesulitan keuangan. “Ayah saya mendukung pendidikan saya dan banyak berinvestasi pada saya bahkan selama krisis keuangan dalam keluarga kami.” Farhad menambahkan.
Farhad memiliki tiga orang saudara, dua saudara perempuan dan seorang saudara laki-laki. Kakak perempuannya sudah menikah, dan adik perempuannya baru berusia lima tahun. Kakak laki-lakinya sudah pergi ke Australia terlebih dahulu, mencari perlindungan dan kehidupan yang lebih baik.
Perjalanan mencari keamanan penuh dengan bahaya dan diskriminasi. Sebelum datang ke Indonesia, keluarganya dihantui oleh ancaman terhadap kehidupan mereka dan kurangnya kesempatan karena latar belakang mereka sebagai pengungsi. Menghadapi tantangan ini, tekad Farhad untuk mencari makna hidup dan kesuksesan menjadi semakin kuat.
Ketika duduk di kelas tujuh, Farhad tidak menemukan mata pelajaran sekolahnya menarik, tetapi ia menemukan minat kuat terhadap ilmu komputer selama masa tinggalnya di Pakistan. Ia menghadiri sekolah komputer di mana ia belajar di bawah bimbingan seorang guru lulusan sekolah ilmu komputer. Pengalaman ini memantapkan minatnya dalam bidang IT dan pemrograman.
Perjalanan Farhad membawanya dengan pesawat ke Jakarta, Indonesia, di mana ia tiba dengan keadaan yang tidak pasti. Mulanya, Farhad dan keluarganya memilih untuk tinggal di Jakarta. Namun, biaya hidup yang tinggi dan cuaca yang sangat panas di Jakarta mendorong mereka untuk pindah ke Cisarua, di mana mereka menemukan rumah yang lebih terjangkau, dengan iklim dingin yang mengingatkan mereka akan rumah.
Meskipun mendapatkan dukungan dari UNCHR, kehidupan di Cisarua tetap penuh tantangan. Mereka tinggal di sebuah rumah sewaan yang sederhana, kerap dibayangi ancaman banjir. Namun, dukungan dari sesama pengungsi membuat semangat mereka tetap tinggi.
Farhad menghadiri sekolah di Cisarua selama dua tahun, di mana ia menerima pendidikan dari sesama pengungsi. Namun, sekolah yang ia ikuti bukanlah suatu pendidikan formal. Setiap harinya setelah selesai sekolah, ia beralih ke kursus online, memanfaatkan sumber daya bebas biaya yang tersedia bagi pengungsi. Ia berkata dengan penuh semangat, “Saya belajar banyak hal selama hari-hari itu, bahkan saya bangun jam 2 atau 3 pagi hanya untuk belajar”.
Dukungan yang diterimanya dari UNHCR memungkinkannya mengakses Coursera, yang menjadi pintu gerbangnya menuju pengetahuan. Ia juga mengikuti berbagai kursus di berbagai bidang, termasuk persiapan IELTS. Meskipun motivasinya kuat selama masa remajanya, ia mengakui bahwa semangatnya agak meredup dalam beberapa waktu terakhir akibat berbagai kesulitan yang dihadapi pengungsi selama pandemi COVID-19.
Meskipun memiliki kualifikasi dan keterampilan yang mengesankan, Farhad menghadapi tantangan ketika mencari kesempatan magang atau pekerjaan. Di Indonesia, pengungsi tidak memiliki akses untuk bekerja sehingga banyak perusahaan tidak merespon lamarannya setelah mengetahui statusnya sebagai pengungsi.
Kemudian, pada tahun 2022, hidup Farhad mengalami perubahan luar biasa ketika ia mendengar tentang peluang pekerjaan di luar negeri melalui seorang teman dan kelompok pengungsi. Organisasi sumber daya bakat pengungsi nirlaba, Talent Beyond Boundaries (TBB), memainkan peran penting dalam memfasilitasi koneksi antara Farhad dengan perusahaan bernama Genashtim, yang bertujuan untuk menyediakan pekerjaan yang berkelanjutan, bermakna, dan menguntungkan bagi mereka yang kurang beruntung, termasuk pengungsi. Hal ini sesuai dengan impian Farhad – untuk bekerja di bidang IT sembari mendukung sesama pengungsi. Genashtim berpusat di Singapura, tetapi Farhad bergabung dengan cabang Melbourne sebagai Manajer Proyek TIK.
Peran Farhad sebagai Manajer Proyek TIK mengharuskannya menjembatani kesenjangan antara perusahaan dan kliennya. Keahliannya dalam bidang IT dan pemrograman, yang dikombinasikan dengan kemampuannya berkomunikasi secara efektif dengan klien yang mungkin kesulitan dengan istilah-istilah teknis, menjadikannya aset yang tak ternilai bagi perusahaan.
Ia percaya bahwa industri teknologi berkembang dengan cepat, dan adalah penting untuk tetap mencari pengetahuan baru serta beradaptasi dengan perubahan yang terus-menerus. Kontrak Farhad dengan Genashtim mencantumkan syarat dua tahun bekerja sebelum mengejar gelar. Ia bercita-cita untuk mendaftar di Universitas Melbourne untuk mempelajari Keamanan Siber.
Saran Farhad kepada sesama pengungsi yang mencari pekerjaan, sederhana namun mendalam: “Tetaplah haus akan pengetahuan dan termotivasi sepanjang waktu karena seluruh industri bergerak sangat cepat karena AI. Beberapa pekerjaan tidak memiliki masa depan, jadi kita perlu selalu mengikuti update dan beradaptasi dengan lingkungan masa depan. Dan carilah apa yang benar-benar ingin kau lakukan.”
Saat ini, Farhad memulai babak baru dalam hidupnya di Melbourne, namun ia tetap berjuang dengan rumitnya situasi keluarganya di Indonesia. Ia berharap dapat menemukan cara untuk bersatu dengan mereka di masa depan.
Kisah Farhad adalah bukti ketahanan semangat manusia, kekuatan pendidikan, dan upaya pencapaian cita-cita yang tak tergoyahkan untuk masa depan yang lebih cerah. Perjalanannya dari pengungsi menjadi Manajer Proyek TIK adalah inspirasi bagi kita semua.
Tentang Talent Beyond Boundaries
Talent Beyond Boundaries (TBB) adalah organisasi nirlaba yang menghubungkan pengungsi dengan peluang kerja internasional untuk membantu mereka membangun kembali kehidupan mereka. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi halaman mereka di: https://www.talentbeyondboundaries.org/
Kontak
Untuk pertanyaan media, harap hubungi:
Bagikan melalui Facebook Bagikan melalui Twitter