Temui Tahsin, seorang pengungsi Rohingya berusia 22 tahun yang telah mengatasi banyak tantangan dan mengukir jalannya sendiri menuju kesuksesan. Dalam kisah kemanusiaan yang menginspirasi ini, kita mendalami perjalanan Tahsin, ketangguhannya, dan upayanya mencapai masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya.
Tahsin bersama orang tua dan adik laki-lakinya melarikan diri dari Myanmar, karena pekerjaan ayahnya yang dianggap mengancam pemerintah. Perjalanan mereka membawa mereka ke Bangladesh, tempat mereka sering menghadapi diskriminasi dan kesulitan untuk berbaur dengan penduduk setempat.
Meskipun kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal terbatas, Tahsin terus belajar mandiri dan mengembangkan keterampilan dalam ilmu komputer. Ia menjadi mahir dalam bahasa pemrograman seperti JavaScript dan Python, sering kali mencari bimbingan dari sumber daya dan mentor online. Pengetahuan dan kecintaannya terhadap komputer menjadikannya seorang mentor bagi teman-teman dan komunitasnya.
Pada tahun 2017, karena keterbatasan di Bangladesh, ibu Tahsin mengambil keputusan sulit untuk meninggalkan dan mencari perlindungan di Indonesia. Keluarga tersebut pertama kali tiba di Medan, di mana ia mencari bantuan dari UNHCR dan akhirnya menetap di Jakarta dengan dukungan dari pamannya dan organisasi berbasis agama setempat. Pada tahun 2018, Tahsin menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk belajar coding di kamar kontrakan keluarganya. “Saya menghabiskan 15 hingga 16 jam di rumah hanya untuk coding sementara ibu saya memasak dan saudara perempuan saya bermain,” katanya.
Tahsin terus meningkatkan keterampilan pemrogramannya saat menjadi sukarelawan di sebuah startup di Indonesia.
“Gaji tidak penting, namun mendapatkan keterampilan dan pelatihan sebagai software engineer sangatlah penting.”
Dedikasi dan bakatnya membawanya terhubung dengan berbagai perusahaan, termasuk startup teknologi dari Singapura dan satu lagi dari Kanada bernama Empower.
Baru beberapa bulan bergabung dengan Empower, dia ditawari kesempatan menarik untuk pindah ke Kanada berkat bantuan Talent Lift, sebuah perusahaan nirlaba pencarian tenaga kerja.
Tahsin telah pindah ke Kanada awal tahun ini dan saat ini menjadi penduduk tetap, berhak mengajukan permohonan kewarganegaraan dan berpotensi bersatu kembali dengan keluarganya. Dia berencana untuk terus bekerja di sektor TI dan membenamkan dirinya dalam budaya baru serta mencari peluang baru.
Sepanjang perjalanannya, Tahsin telah belajar pentingnya memanfaatkan peluang, melacak kemajuannya, dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara online. Ia mendorong orang lain untuk membuka pintu peluang, terus belajar, dan memanfaatkan kekuatan internet.
“Setiap kali Anda mempelajari sesuatu, jangan pernah lupa untuk melacak kemajuan Anda,” katanya.
Meski harus berpisah dari keluarga, Tahsin tetap dekat dengan ibunya yang mendukung ambisinya dengan sepenuh hati. Prioritasnya saat mencapai Kanada adalah menyatukan kembali keluarganya dan menciptakan masa depan yang lebih cerah dan bahagia bagi mereka.
Perjalanan luar biasa Tahsin dari seorang pengungsi Rohingya yang terisolasi hingga menjadi seorang profesional yang terampil di bidang teknologi menunjukkan ketangguhan, tekad, dan kekuatan pendidikan. Kisahnya menjadi inspirasi bagi semua orang – kepada lembaga-lembaga yang bekerja dengan kelompok-kelompok terisolasi dan terpinggirkan serta orang lain yang menghadapi tantangan serupa, mingatkan mereka bahwa dengan ketekunan, pembelajaran, dan memanfaatkan peluang, mereka juga dapat mengatasi kesulitan dan mencapai impian mereka.
—
Tentang Talent Lift
Talent Lift adalah mitra pencarian bakat nirlaba yang membantu pemberi kerja mencari dan merelokasi bakat dari populasi pengungsi. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi situs webnya di https://www.talentlift.ca
Contact
Untuk pertanyaan media, silakan hubungi::
Mitra Suryono, [email protected] atau +6281119600493
Bagikan melalui Facebook Bagikan melalui Twitter