JAKARTA, 31 Desember 2021 – UNHCR, Badan PBB untuk Urusan Pengungsi, memuji pemerintah Indonesia atas izin pendaratan kemarin malam, yang diberikan kepada 105 orang (8 pria, 50 wanita, 47 anak – anak) pengungsi Rohingya yang telah beberapa hari terombang ambing dalam kapal di perairan dekat Aceh, Indonesia.
Kapal yang berpenumpang mayoritas wanita dan anak-anak itu telah berada di laut dengan kondisi yang berbahaya selama tiga minggu. Kapal yang rusak dan tidak layak berlayar tersebut pertama kali terlihat di perairan dekat Bireuen, sebelah utara Aceh, pada tanggal 26 Desember.
“Kami sangat berterimakasih kepada Indonesia dan masyarakatnya yang sekali lagi telah membuktikan semangat kemanusiaan mereka dan menunjukkan bahwa tindakan penyelamatan jiwa harus selalu menjadi prioritas utama. Memfasilitasi pendaratan darurat bagi kapal yang berada dalam kesulitan dan memberikan bantuan guna mencegah kehilangan jiwa merupakan tindakan kemanusiaan yang sangat penting untuk dilakukan,” ucap Ann Maymann, Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia.
Indonesia telah beberapa kali mengambil tindakan yang patut dijadikan contoh oleh negara lainnya di kawasan ini, setelah memberikan bantuan kemanusiaan dan penyelamatan jiwa bagi pengungsi Rohingya di kapal di Aceh pada tahun 2015, 2018, dan 2020, serta yang terbaru dimana 81 pengungsi Rohingya diselamatkan di lepas pantai Aceh Timur pada bulan Juni 2021.
Setelah pendaratan pengungsi, kondisi penerimaan yang aman dan manusiawi, yang disertai akses terhadap perlindungan internasional, termasuk prosedur suaka, adalah hal yang juga sangat krusial. Staf UNHCR saat ini sudah berada di lapangan dan bekerjasama secara intensif dengan pemerintah, masyarakat setempat, badan PBB lainnya, serta mitra organisasi kemanusiaan untuk memastikan agar para pengungsi menerima perawatan dan bantuan yang dibutuhkan secepatnya. Termasuk juga pemeriksaan kesehatan COVID-19 yang sesuai dengan standar internasional dan protokol kesehatan publik.
Fakta bahwa kelompok rentan yang terdiri dari wanita, pria dan anak – anak tetap menempuh perjalanan beresiko tinggi di Teluk Benggala dan Laut Andaman, menunjukkan betapa pentingnya bagi negara – negara untuk bekerja sama demi mencapai solusi regional dalam mengatasi perpindahan maritim yang tidak teratur.
UNHCR menekankan himbauannya terhadap negara – negara di kawasan ini untuk bersatu padu dalam prinsip solidaritas dan pemerataan tanggung jawab untuk mengatasi masalah perlindungan dan kebutuhan kemanusiaan pengungsi serta pencari suaka di laut.
***
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:
UNHCR Public Information Unit: +62-811-1960-0493
Mitra Suryono, Associate Communications Officer, [email protected]
Dwi Anisa Prafitria, Communications Associate, [email protected]
Bagikan melalui Facebook Bagikan melalui Twitter